Sunday, October 16, 2011

Mau Cerita :)


Kehadiranku mungkin terlalu menyusahkan
Karena itu aku mesti diserahkan
Namun jangan serahkan aku seperti sebuah barang
Karena aku punya hati, punya perasaan….

Kutipan puisi tersebut aku temui di Yayasan Sayap Ibu, Jumat, 14 Oktober 2011.
Percayalah, hati ini sangat terenyuh membacanya, hati saya seperti dibuat dingin, terlalu dingin. Apalagi ketika saya memasuki ruangan yang berisi balita umur 6 bulan – 1 tahun. Belum sampai satu menit saya duduk di lantai depan pintu ruangan itu, seorang anak laki-laki berbaju merah berlari kecil menghampiri saya dengan senyumannya sambil memegang mainannya.
Awalnya saya pikir dia hanya ingin menyapa saya saja, tapi ternyata dia memeluk saya, tangan lembutnya melingkar halus di leher saya, tawa kecilnya lembut memasuki lubang telinga saya. Saya hanya terdiam membalas pelukannya lebih erat, air mata saya sudah memicing di ujung mata, belum selesai malaikat kecil itu menyayat hati saya, dua malaikat dan dua bidadari kecil juga mengerubungi saya. Dua malaikat kecil ikut memeluk saya, dan dua bidadari kecil duduk di pangkuan saya. Mereka manja. Mata kecilnya menatap dalam ke mata saya, senyumnya mungil, polos. Ada yang menyentuh wajah saya, mencium saya. Wangi mereka khas, minyak telon.
Saya larut menikmati surga kecil bersama mereka, tapi tak sampai sepuluh menit saya di ruangan itu, Ibu Panti menghampiri saya, dia mengatakan kalau saya dilarang masuk karena belum menyerahkan hasil rontgen, takutnya saya memiliki penyakit yang mungkin bisa menular ke anak-anak. Saya maklum peraturan itu, tapi mereka masih memeluk saya, masih menggelayut di tubuh saya. tak tega rasanya melepas tangan anak-anak itu dari tubuh saya. Saya keluar dari ruangan itu, memandangi mereka dari jendela, mereka masih menatap, masih tersenyum, dan melambaikan tangannya.

Entah, ada perasaan yang tak bisa saya gambarkan jelas dalam tulisan, semua itu tersimpan dalam hati.
Dari tempat itu saya banyak belajar dari apa yang namanya kebahagiaan. Kebahagiaan yang kita sendiri masih terus selalu mencari lebih dari apa yang ada seakan apa yang kita miliki saat ini sangatlah jauh dari kurang, padahal masih banyak yang belum menikmati kebahagiaan seperti apa yang pernah kita rasakan sampai saat ini.

Dan bersyukur memang cara yang paling tepat menikmati kebahagiaan.


Silvia Ratna Juwita
Depok, 16 Oktober 2011; 21.45 WIB

No comments:

Post a Comment