Sunday, December 12, 2010

Entah

Entah

sebentar malam, jangan kau pergi
duduk sebentar temani gundahku
tentangnya...
yang lama tak kujumpa
kutemui di tengah keramaian
ketika matahari lekas hentikan pendarnya
dia...
senyumnya pekat di mimpiku
suaranya mengiang
menjadikannya kisah singkat
yang sulit kulebur untuk sekedar jadi kenangan
malam...
waktumu tak banyak lagi temani kubercerita
tentang kisah ini
tentang rasa,
yang tak tahu lagi ke mana kan berarah
pergilah malam...
biar kumengadu saja pada embun esok
entah apa lagi yang kan kuadu
mungkin hanya sebongkah tangis
pereda rindu

Silvia Ratna Juwita
Minggu, 12 Desember 2010, 21:42

Wednesday, December 1, 2010

Selamat Hari Ulang Tahun yang ke-15

Mengenal sesosok pribadi yang istimewa, indahnya ia mengisahkan kisah hidup bersama belahan jiwanya, aku semakin mengenalnya dan kekasih hatinya, mengenal kebaikan hati mereka hingga aku menyayangi mereka, dua pribadi yang bijak dan memotivasi hidupku, kuperhatikan setiap langkahnya dalam kata, kebersamaan hidup dalam suka dan duka, kubaca perjalanan album kenangan mereka, tentang cinta yang indah, cinta yang di mataku sesungguhnya cinta, dua kepribadian yang menyatu dan saling melengkapi.

Lima belas tahun sudah mereka bersama, dengan kesempurnaan cinta mereka. Hanya mampu kuselipkan doa-doa terbaik untuk mereka, untuk melengkapi kebahagiaan mereka seutuhnya. Semoga Allah menjadikan doa harapanku dan mereka dalam bentuk kenyataan.

Foto Pernikahan Ibu Elvi Susanti dan Bapak Budi Putra.

SELAMAT HARI ULANG TAHUN PERNIKAHAN yang ke lima belas Ibu Elvi Susanti dan Bapak Budi Putra.
Semoga kebahagian kan selalu ada untukmu, salam sayang selalu untuk Ibu dan Bapak dari Silvi.

Tuesday, November 16, 2010

KUCING

Di sini aku tidak menulis puisi dangan judul kucing. Aku hanya berbagi cerita tentang kucing yang selama kurang lebih 13 atau 14 tahun. Kucing pertamaku itu namanya Rambo, berwarna belang, dia kucing berjenis kelamin perempuan. Aku ingin cerita tentang beberapa kucing yang masih sangat teringat jelas di benakku.

1) Rambo (warna belang)
Kucing pertama yang aku punya, dia itu titipan dari tetangga depan rumahku yang pindah rumah. Mereka tidak membawanya, entah apa alasannya. Mungkin karena mereka pindah jauh. Kebiasaan dia, dia itu paling suka sama Ubi rebus --heran aku juga-- kalau ada tukang bajigur dia suka mengeong bahkan sampai menginjak-injak kakiku kalau aku lagi tidur.

2) Garong (ada dua, warna garong)
Mereka itu suka manjat pohon jambu biji di depan rumahku sampai ke atap rumah, tapi yang satu bisa turun yang satu lagi ga bisa, akhirnya dia ngejerit meong-meong minta turun, dan aku yang akhirnya manjat ke pohon ngambil dia bahkan pernah manjat ke atap rumah. (~__~")

3) Emeng (warna putih ada totol-totol putihnya)
Dia itu paling suka bangunin aku sekitar jam 5.10 - 5.15 pagi. Dia suka naik ke tempat tidur terus muka aku dijilat-jilatin, hidung digigit sama dia sampe aku bangun.

4) Ganteng (warna kuning buntutnya itu bengkok jadi suka diisengin, misalnya dicantelin kantong plastik)
Kebiasaan dia kalau aku berangkat sekolah dia itu suka nganterin aku sampe naik angkot, padahal kasian ngeliat dia cape lari-lari nemenin aku, suka aku gendong kembaliin ke rumah, tapi tetep aku diikutin. Makanya kalau aku berangkat sekolah suka lari-lari, kasian kalau dia ngejar aku. Dia juga suka begitu sama Kakaku, kalau kaka keluar naik motor juga suka dikejar sama dia sampe depan gang (aduuh kangen). Terus kalau aku pulang biasanya dia suka ada di depan warung Bu Selam namanya. Nanti dari warung itu aku beli gorengan (sisa uang jajan) terus aku gendong dia sampe rumah dia sambil makan gorengannya itu. Kalau kakaku pulang juga kadang-kadang dia ada di depan gang terus ngejar sampe rumah. Nangis nulisnya inget si Ganteng. Aku namain Ganteng juga aku suka lihat mukanya, Ganteng aja kesannya. Gagah lah. Aku paling sayang sama dia, soalnya kalau aku lagi nangis dia suka tiba-tiba duduk di paha aku, ngegelesor lah sampe aku mainin perut dia dan ga nangis lagi.

5) Item
Kucingku yang satu ini paling narsis. Pertama kalinya aku punya HP kamera, aku lagi foto-foto di teras rumah. Dia tiba-tiba suka ada di samping, pokonya kalau aku lagi narsis dia tuh suka nongol. Pernah waktu dia tidur aku foto, dia langsung melek dan kadang suka ada gayanya aja. Lucu deh pokonya.

Itu salah satu gaya dia baru bangun tidur. Hahahaha


Tapi sayang, kepindahanku ke Depok memaksa aku pergi dari mereka, aku ga boleh melihara kucing lagi. (T.T)

Monday, October 18, 2010

Mata

Mata itu, berbicara

Mata itu, menggoda

Mata itu, tak banyak yang mampu mengartikan tatapannya

Mata, banyak beri kisah yang tak pernah terbayang di benakmu

Seperti cinta

yang bisa berawal dari mata turun ke hati

meresap ke relung jiwa

tumbuh, menggelora batin

hati-hati menatap

hati-hati bercinta

Karena kamu tak pernah tahu

berapa banyak hati terluka

karena kau salah menatap dan bercinta



Silvia Ratna Juwita

Depok, 21 Agustus 2010

Wednesday, September 15, 2010

Terpaksa Menyendiri

Terpaksa Menyendiri

temanku matahari berhenti menari
di balik sela-sela awan dia berlari
langit teduh pun memayungi
pepohonan melambai; angin membelai
sendu sepertinya senja berganti
sendiri...
kutunggu ia di esok hari
tapi yang datang hanya pelangi
tanpa hujan mengawali
yang ada malah mengakhiri
meski belum jadi teman sejati
aku terpaksa menyendiri

Silvia Ratna Juwita
Depok, 14 September 2010

Thursday, September 2, 2010

Puisi Untuk Panggi yang diwisuda :)

Ibarat tangga..

Kini telah terlewati seribu anak tangga

Kau lalui anak tangga di mana kau dapati riang, pedih, suka, duka yang silih berganti

Kini sudah kau berpijak

Pijakan yang dulu mimpi, kau genggam dalam nyata

Selamat telah tergapainya satu di antara seribu mimpimu

Panggi Libersa Jasri Akadol,S.Kom.


*****
Selamat yah Kang sudah diwisuda :)


Depok, 2 September 2010
Silvia Ratna Juwita

Saturday, August 28, 2010

Ketika Bulan Terbagi



Ketika Bulan Terbagi

Aku pemimpi
Sendiri kumerebah di kamar
Mengosongi serpihan pikiran yang kudapat di balik pintu
Harmoni angin syahdu, melantunkan melodiku
Kesadaran mengambang di langit-langit
Mata lelah terjaga, dan mimpi merajai
Terdengar ketukan di balik daun jendela
Melangkahkan kesadaranku
Ternyata bulan iseng menggodaku
Menyapaku, mengajakku menikmatinya
Yang utuh sendiri
Sinarnya lembut membelai hatiku
Malam yang sempurna
Bulan menjadi milikku sendiri
Sembilan puluh malam, sembilan puluh mimpi
Bulan utuh menjadi kekasihku
Malam sembilan puluh satu
Kudatangi kejora
Bulan dan kejora menari di tengah langit malam
Aku duduk terdiam, hanya mampu memandang
Hanya mampu menikmati, pancaran sinar kebahagiaan mereka
Dan aku kembali menjadi pemimpi


Silvia Ratna Juwita
Depok, 28 Agustus 2010

Saturday, August 14, 2010

Untuk sahabatku Ian, Ety, Anty :)

Untuk sahabatku Ian, Ety, Anty :)

****
Karang
Silvia Ratna Juwita

Menyemai langkah ke pesisir pantai
Melihat deburan air bergelumat hantam karang
Angin tak kalah ramai merobohkan
Dan karang tetap menjadi karang
Dia tetap berdiri meski ikan tak lagi ingin berlindung
Rinai hujan gemercikan ingatan
Mengenang suka dalam duka
Mencairkan kasih dalam kehangatan

=####=
Begitu pula kasih kita sahabat
Yang akan kuat seperti karang
Tetap bersatu, meski dunia menggoda
****

persahabatan tak selamanya manis, dari masa lalu aku belajar, di hidup ini kita tak sendiri, banyak orang2 di sekitar kita. Ada yg suka & ad yg ga. Aku jg belajar bgmn hrs bersikap, terimakasih untuk semuanya sahabat, utk semua kasih sayangnya, kesabarannya, kepercayaannya, semuanya :)
Suatu saat nanti pasti akan ada cobaan lg, tp semoga apa2 yg tlah kita alami, tak lg bsa meruntuhkan apa2 yg ada :)
Vi sayang kalian ^__^
have a nice day =)

Thursday, August 12, 2010

Maafin Vi :'(

Sudah 4 semester aku kuliah, sudah banyak mengenal teman baru, lingkungan baru, semua yang belum pernah aku temui sebelumnya. Kemarin tanggal 22 Juli 2010 aku dan teman sekelasku pergi ke Anyer mengisi waktu liburan, saat itu aku punya teman yang cukup dekat di hatiku, aku menganggap mereka lebih dari teman-temanku yang lainnya. Saat di bus, kami berenam masih bersama, duduk berdekatan, bercanda bersama, tertawa bersama.
Malam pertama tiba di Anyer kami sekelas terbagi menjadi tiga kelompok, kelompok pertama asik bermain "poker", kelompok kedua teman-teman yang cewe asik ngumpul meriung di atas saung pinggir pantai, dan kelompok terakhir hanya tiga orang salah satunya aku, aku dan kedua temanku yang lain asik main "ngerjain". Malam itu meski terbagi tiga kelompok kami masih merasa satu, aku juga masih merasa satu dengan lima teman dekatku yang lain.
Hari kedua di Anyer, jadwal kami adalah pergi ke Pantai Carita, sebelum ke Carita aku masih sempat main air di samping villa yang kami tempati, tapi sekembalinya aku ke kamar, entah kenapa perubahan sikap kelima teman dekatku yang aku rasa cukup sinis, di situ perasaanku mulai ga enak, sedih melihat perubahan sikap mereka yang aku sendiri ga tau apa alasannya, bahkan waktu mau ke Carita teman duduk sebangku di bus pun jadi berubah posisi, aku melihat mimik wajah mereka yang sepertinya sangat benci sama aku dan yang akhirnya duduk di sampingku pun meski masih tersenyum lebar dan aku foto bareng tapi tetap ada perbedaan yang aku rasakan, tapi aku mencoba untuk postive thinking dari semua kejadian itu.
Setibanya di Carita, kami ada jadwal makan siang sebelum mulai main air. Satu bungkus nasi itu porsinya untuk tiga orang, kami berenam terbagi menjadi dua saat makan pun aku melihat temanku begitu sinisnya memberi bungkusan nasi dan sayurnya, selera makanku rusak saat itu juga, aku cuma bisa makan sedikit, rasanya ingin sekali nangis saat itu, tapi aku coba tahan, aku ga mau merusak suasana.
Selesai makan, selesai solat dzuhur kami langsung main banana boat, satu banana bertujuh, empat dari kami berenam, tida lainnya dari teman sekelasku yang lain. Saat-saat main air itu aku merasa keakraban kami memulih, kami merasa baik kembali, apalagi saat kami main ban, aku bertiga dengan teman dekatku. Terasa sekali kebersamaannya, aku pikir mulai saat itu mungkin semua sudah kembali, tapi ternyata setelah semua permainan selesai sikap dingin mereka kembali lagi. Entahlah rasanya aku ingin cepat pulang ke rumah.
Malam terkahir di vila kami ada acara api unggun, games, bakar jagung. Saat bakar jagung aku sudah sangat tidak nyaman dengan kondisinya, dengan acaranya, sikap mereka, dan badanku mulai terasa sangat panas. Aku memutuskan masuk ke kamar sendiri, aku tidur membiarkan jagungku terbakar sendiri. Tak lama kemudian salah satu temanku juga masuk ke kamar, dia tidur di sampingku, dia bilang badannya lagi ga enak. Aku merasa saat itu hanya temanku itu saja yang tidak berubah denganku.
Tiba waktu pulang, aku merasa ingin cepat sampai rumah.
Setibanya di rumah badanku drop, hari minggu aku masih sempat menghadiri workshop bersama temanku, tapi setelah itu rasanya aku sudah tidak punya tenaga lagi. Apalagi ketika melihat status updates temanku di salah satu jejaring sosial yang ingin memutuskan pertemanan dengan teman yang merugikan dan membuat imagenya jelek, saat itu juga aku merasa kata-kata itu buatku. Aku cuma bisa menangis, menahan sakit jasmani dan batinku, aku berusaha mengingat-ingat apa kesalahan sesungguhnya yang telah aku perbuat, kesalahan fatal apa yang aku lupakan. Dua minggu berlalu, kondisi itu juga tak berubah, setiap harinya aku cuma bisa pasrah dan berdoa agar semua terbuka sejelas-jelasnya apa yang telah terjadi. Aku merasa malu dan hina dengan keadaanku sendiri, tapi aku mencoba ikhlas dengan semua yang ada.
Suatu hari aku tak pernah menyangka, temanku yang buat status itu sms aku tentang jarkom, akhirnya aku tak ingin masalah di antara kami larut terlalu lama, kami smsan saling menyalahkan diri sendiri dan meminta maaf. Dan akhirnya aku tau kalau ada yang memberikan omongan yang ga enak tentang aku yang membuat aku kecewa dan yang menyampaikannya adalah salah satu teman dekat kami juga.
Setelah semua masalah terjelaskan sejelas-jelasnya persahabatan mereka berlima merenggang, aku bertiga dengan temanku, dan temanku yang memberikan berita itu dan dua yang lainnya menjalani hidupnya masing-masing.
Sebelumnya aku merasa sangat nyaman dengan keadaan itu, tapi hari ini aku melihat status updates temanku di facebook

:: ini gw apa ada nya !

ga ngerti knpa tiba" kalian brubah ?!
ada yg slah di gw ?
kl mmng ia, mnding di omongin .
...ga hrus ngediemin gw ky gni !

******

Ya Allah ya Tuhanku, aku ga tau lagi, aku merasa salah banget dengan semua yang terjadi saat ini mungkin memang semua yang terjadi saat ini semuanya adalah salahku, mungkin memang seharusnya aku yang tak pernah hadir di antara persahabatan mereka. Sepertinya lebih baik aku yang mundur, aku ga mau persahabatan mereka merenggang hanya karena kehadiranku yang tidak penting. Untuk Ety, Anty maaf kalau Vi membuat semua keadaannya jadi seperti ini, terimakasih untuk semua yang telah kalian berikan, untuk Ian, terimakasih waktu itu sudah menemaniku mengclearkan semua masalahnya, tapi untuk saat ini Vi sadar, Vi cuma bisa buat masalah aja di antara kalian. Persahabatan kalian sayang kalau harus berakhir begini. Terimakasih banyak.

Sunday, July 25, 2010

Puisi tentang hujan

Hujan biasanya banyak memberikan aku inspirasi untuk menulis puisi, contohnya seperti puisi berikut adalah puisi yang aku tweet di Twitter tanggal 29 Juni 2010, saat itu aku lagi duduk di samping jendela bus DEBORAH, kebetulan saat itu suasana lagi hujan.

Rintik kesejukan menyela amarah matahari
Tetap tak dapat menyapu sayat gelisah kenangan pagi
Biar bias rintikan menari di pipi lesapkan pandang seribu mata ini tangisan
Menyekat tangisan alam
Menyambut senja hati yg bergurau
Adanya senandung pengamen dunia
Cukup menjadikan ada senyumanku
Terimakasih Tuhan selalu Kau hadirkan hujanmu di kala amarahku tersengat matahari. :)

Saturday, July 10, 2010

Luna Maya, Ariel, Cut Tari


Kemarin tanggal 9 Juli 2010, setelah solat subuh aku tidur lagi. Tapi TV di kamar aku ga matiin, sekitar jam tujuhan aku bangun lagi, seperti biasa acara gosip jam segitu sudah pada "gentayangan" dan sudah bisa dipastikan gosipnya pasti lagi-lagi tentang video skandal dari tiga publik figur Indonesia yang lagi BOOMING. Bosen sih sebenernya berita yang disampaikan tentang mereka terus dan dari hari ke hari semua beritanya juga sama aja, tentang status mereka yang masih dipertanyakan, sikap mereka, sikap para tokoh masyarakat, semuanya intinya sama, jadi yah cukup males ngelihatnya. Tapi kali ini aku melihat gosip itu cukup berbeda, sedikit melihat kilasan Cut Tari yang lagi menangis di depan wartawan terus sama Luna Maya yang lagi tertunduk. Inti beritanya mereka mengadakan jumpa pers untuk meminta maaf, tapi di situ ditegaskan permintamaafan Luna Maya dan Cut Tari bukan berarti pengakuan mereka atas video tersebut. Tapi mereka meminta maaf karena mereka merasa bersalah karena telah banyak mengganggu masyarakat banyak dari pemberitaan-pemberitaan tentang mereka sehingga banyak menimbulkan dampak negatif ke masyarakat. Dan berita selanjutnya yang aku lihat dari twitter Luna Maya, Cut Tari menyusul Ariel menjadi TRIO TERSANGKA, tapi Luna sama Tari tidak ditahan. Heemph... kalau begitu sekarang beritanya bukan video mirip artis lagi kan? tapi video artis? :)
Tapi apa pun yang terjadi semua diproses berdasarkan hukum yang berlaku dan ini semua menjadi pelajaran buat yang bersangkutan maupun yang tidak bersangkutan.

Marmut Merah Jambu (MMJ) -Apresiasi Sastra-


 MARMUT MERAH JAMBU

Dalam memahami karya sastra hendaknya pembaca mengenal berbagai macam teori, yang salah satunya berupa teori ekspresif yang akan saya gunakan untuk mengapresiasi buku Marmut Merah Jambu milik Raditya Dika Nasution.
Dalam pendekatan ekspresif karya sastra dipandang sebagai ekspresi sastrawan. Kriteria yang dikenakannya adalah ketepatan karya sastra dalam mengekspresikan kejiwaan sastrawan. Ketika menulis karya sastra, sastrawan tidak bisa lepas dari sejarah sastra dan latar belakang budayanya (Pradopo, 1995: 108). Karya sastra tidak lahir dalam kekosongan budaya (Teeuw, 1980: 11, 12).
Karya sastra menceritakan berbagai masalah kehidupan manusia dalam interaksinya dengan diri sendiri, lingkungan, dan juga Tuhan. Karya sastra berisi penghayatan sastrawan terhadap lingkungannya. Karya sastra bukan hasil kerja lamunan belaka, melainkan juga penghayatan sastrawan terhadap kehidupan yang penuh kesadaran dan tanggung jawab sabagai sebuah karya seni.
Kedua paragraf adalah alasan saya mengapa saya menggunakan pendekatan ekspresif dalam mengapresiasi buku ini. Dikarenakan buku ini adalah kisah nyata dari penulisnya sendiri jadi apa yang dituliskan dalam buku ini tidak terlepas dari sejarah dan latar belakang budaya si penulis yang notabennya juga merupakan peran utama dalam buku ini. Begitupun tokoh-tokoh lain yang diceritakan merupakan keluarga dari si penulisnya sendiri.
***
Marmut Merah Jambu merupakan buku kelima dari Raditya Dika Nasution yang akrab dipanggil Radith (lahir di Jakarta, 28 Desember 1984). Buku MMJ (Marmut Merah Jambu) ini bertemakan tentang pahit manisnya percintaan. Dia menggabungkan cinta dengan komedi dalam penulisannya.
Sebelumnya Radith adalah pemenang Indonesian Blog Award atas catatan harian yang ditulis di blognya. Dari pengalaman itu dia mencetak tulisannya kemudian ia menawarkan naskahnya itu ke beberapa penerbit untuk dijadikan buku dan penerbit Gagasmedia yang menjadi penerbit buku pertamanya saat itu, setelah sebelumnya banyak penerbit yang menolak tulisannya.
Radith hadir dengan genre baru dan berbeda dari penulis sebelumnya. Yang membuat dia berbeda adalah dia selalu menggunakan nama binatang pada setiap bukunya. Kambing Jantan, adalah buku pertamanya dilanjut dengan Cinta Brontosaurus, Radikus Makan Kakus, Babi Ngesot.
Radith merupakan sulung dari lima bersaudara, Yuditha, Ingga-Inggi (kembar), Edgar merupakan adiknya. Radith memasukkan nama mereka ke dalam buku MMJ-nya sebagai tokoh-tokoh sebagaimana aslinya. Karena MMJ ini merupakan kisah nyata catatan percintaanya dan sekitarnya. Mengapa dikatakan demikian, karena pada bagian Pengantar Penulis Radith menuliskan “Oh ya, beberapa nama di buku ini disamar, tetapi tempatnya semuanya benar.” itu yang membuat pembaca mengerti bahwa buku MMJ merupakan kisah nyata si penulisnya apalagi tokoh utama dalam buku ini merupakan penulisnya sendiri, Radith.
MMJ dimulai dari kehidupan Radith waktu ia duduk di bangku SMP, ia menuliskan SMP Tarakanita dalam buku ini yang juga merupakan SMP sebenarnya seorang Raditya Dika. Dia menceritakan bagaimana dia dan sahabatnya yang mencintai orang diam-diam, penceritaan yang disampaikan begitu konyol membuat pembaca menjadi tertawa geli ketika membaca bagian-bagian yang disampaikan dengan banyolan khas seorang Raditya Dika, seperti diketahui sebelumnya Radit dikenal sebagai sosok penulis yang khas dengan komedi, banyolan, humor yang cablak, sehingga tak heran kalau di dalam buku ini kita akan menemukan ungkapannya yang cablak.
Dalam buku ini juga menggunakan latar tempat, lebih tepatnya daerah Jakarta Selatan sering dituliskan di buku ini seperti Kemang, Pondok Indah Mall, McD, dan lain sebagainya, dikarenakan tempat tinggal Radith yang berada di Jakarta Selatan tepatnya di Cikatomas, Kebayoran. Tempat tinggal Radith memang tidak disebutkan dalam buku ini, tetapi saya mengetahui pasti di mana dia tinggal karena saya merupakan pengajar les privat untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia adiknya, Edgar Nasution, yang saat itu duduk di kelas 6 (enam) SD.
Saya cukup mengenal karakter Edgar sebenarnya, persis seperti apa yang dituliskan Radith dalam bukunya ini. Meskipun saya tidak mengenal langsung Radith dan ketiga saudaranya yang lainnya tapi saya cukup mengenal karakternya dikarenakan situs jejaring sosial Twitter. Di situs itu saya mem-follow mereka, jadi dari gaya bahasa yang mereka gunakan untuk percakapan mereka sehari sudah cukup jelas menggambarkan watak mereka, sehingga ketika membaca MMJ ini pewatakan pada tiap tokoh adalah benar adanya.
Jadi, karena buku ini merupakan kisah nyata si penulis latar sosial dan budaya yang disampaikan dalam buku ini merupakan latar sosial dan budaya yang ada sebenarnya di sekitar penulis, begitupun dengan penokohan yang ada merupakan gambaran jati diri orang yang sebenarnya hanya ada beberapa yang disamarkan.
Karena Radith merupakan remaja jadi gaya penulisannya adalah bahasa remaja sekarang yang lebih sering disebut dengan bahasa gaul, begitupun pesan-pesan yang disampaikannya di setiap akhir bagian dari setiap babnya.
***
Apa yang disampaikan Radith dalam buku MMJ (Marmut Merah Jambu) merupakan penceritaan kembali tentang apa yang dialami dalam hidupnya. Radith yang menampilkan watak dirinya apa adanya dalam buku ini. Meskipun bahasa yang digunakan dalam buku ini adalah bahasa lisan bukan bahasa tulisan, Radith mampu menghadirkan inovasi baru dari beberapa penulisnya. Ia hadir dengan genre baru, yaitu menggunakan nama-nama binatang dalam setiap tulisannya.
Kesimpulan berdasarkan pendekatan ekspresif adalah apa yang ditulis Radith dalam MMJ sesuai dengan latar sosial dan budaya si pengarang sendiri. Begitu pun dengan karakter yang ada, semua ditulis sesuai dengan apa yang Radith alami dalam hidupnya.


(Yang di atas gambar aku sama Raditya Dika waktu ada event GOL AMAL YAHOO! Minggu, 4 Juli 2010 di Plaza Barat Senayan)

ABANG SOTO, I LOVE YOU


ABANG SOTO, I LOVE YOU

Liburan semester ganjilku cukup panjang. Aku dan teman-temanku semua sudah punya rencana apa yang akan kami lakukan di waktu liburan nanti.
”Ntar liburan lo ngapain? Gue palingan ngisi liburan dua bulan nanti kerja lagi jagain baju di DM.”
Ucap Ari yang biasa dipanggil Gery yang diambil dari nama Gery Iskak,, filosofinya waktu itu sedang booming-nya gosip tentang Gery Iskak yang menggugat cerai istrinya dan Ari terkenal dengan cowok yang punya banyak korban wanita, di kelas saja sudah ada tiga, termasuk aku, hahaha.. tapi sampai sekarang kami masih bisa bersahabat baik, tidak dengan kedua cewek teman sekelas kami. Ari biasanya suka mengisi liburannya dengan bekerja sebagai SPB (Salles Promotion Boy) di salah satu mall dekat rumahnya di daerah Cengkareng.
”Lo mah enak masih ada kegiatan, gue palingan bengong di rumah. Pengen liburan ke luar kota deh rasanya.. huuumph...”
”haaah palingan ntar lo sering jalan-jalan Ju...” sahut Ari.
Juju, begitu Ari biasa memanggilku.
***
            Waktu liburan sudah beranjak ke minggu kedua bulan terakhir liburan. Bunyi sms hapeku bunyi, ternyata dari Eyha, teman sekelasku yang rumahnya tidak jauh dari rumahku. Isinya dia memintaku untuk mengajarinya mengendarai motor. Berhubung aku tidak ada acara, aku pun menyetujui. Dia datang ke rumahku sekitar jam sembilan pagi. Kami pun langsung pergi menuju komplek perumahan dekat rumahku, karena perumahan itu tidak ramai mobil, munkin hanya mobil yang terparkir saja.
            Motor pun beralih pengendaranya, aku dibonceng Eyha.
”Vi, takut Vi ah gue, takut jatoh nih..”
Itu yang sering Eyha ucapkan saat kedua tangannya sibuk menyeimbangkan stang motor.
”Tenang Yha, slow aja.”
Itu yang cuma bisa aku ucapkan.
            Ketika Eyha sudah mulai lancar mengendarai motor tiba-tiba melintas di depan kita kereta dorong bayi dari arah rumah sebelah kanan, kami kaget dan Eyha mendadak ngerem dan keseimbangan menghilang. Hasilnya..
GUBRAAAAK...
Kami terjatuh ke perkarangan salah satu rumah yang bersebrangan dengan rumah di mana kereta dorong bayi itu datang, untung bukan luka berat hanya sedikit membiru karena kebetulan kami jatuh di bagian taman yang ada beberapa pot besar di sana. Tapi saat itu pikiran kami hanya tertuju pada kereta dorong itu, apakah bayi yang ada di dalamnya baik-baik saja, ternyata saat kami mau ngecek, datang pembantu dari rumah itu.
”Maaf yah Mbak, ini kereta tadi dimainin sama anak majikan saya, dia lagi mainan.”
HAAAH!!
***
Motor aku ambil alih, kami mencari tempat yang lebih aman untuk latihan motor, tidak ada kereta dorong bayi kosong. Lalu kami pergi ke Cibubur, di depan GOR POPKI Cibubur ada lapangan yang cukup luas. Aku mendekati pohon yang ranting dan daunnya cukup lebat untuk duduk di bawahnya berteduh dari panasnya matahari yang mulai bangun. Eyha pun sibuk dengan motor, dia belajar mengitari lapangan itu. Kira-kira lima kali putaran, satpam panti jompo dekat lapangan itu mendekat ke arah Eyha. Eyha menghentikan kendaranya dan aku melihat mereka sedang berbicara. Selesai bicara Eyha menghampiriku.
”Vi ga boleh belajar motor di sini kata Bapak satpamnya!!”
”Loh ko gitu? Yaudah kita cari tempat lain aja.”
Motor kembali aku yang mengendalikan. Lagi perjalanan kami berdua bingung mau ke mana dan aku memutuskan mengajak Eyha ke mall di Cengkareng tempat Ari bekerja. Eyha pun menyetujui.
            Setibanya di sana jam setengah dua siang, kami berdua tidak langsung menuju toko baju tempat Ari kerja, tapi kami pergi ke restoran di mall itu. Setibanya di restoran Eyha bilang kalau dia tidak bawa dompet, dia hanya bawa uang Rp20.000,00 saja
”Tenang Yha, gue ada duit enam puluh ribu ko, pake duit gue dulu aja yah..”
Jawabku santai.
Di restoran itu kami menghabiskan Rp47.000,00, jadi uang yang tersisa di aku dan Eyha ada Rp33.000,00. Setelah itu kami pergi ke tempat tujuan utama, tempat kerjanya Ari. Setibanya di sana aku bertemu dengan Ari, aku dan Eyha berbicara layaknya pembeli dan SPB, Eyha meninggalkan kami berdua di pergi ke bagian sepatu.
            ”Lo pura-puranya beli apa ke gitu, kemeja deh ada yang murah nih. Lagi diskon tau!”
Ari membuka pembicaraan sambil melipat-lipat baju yang ada di box baju. Kami seperti main kucing-kucingan karena saat itu manajernya Ari sedang memperhatikan ke arah kami.
”Kemeja apaan? Boleh sih buat kadonya Bang Dzul, tapi duit gue tinggal tiga puluh tiga ribu.”
”Ada nih kemeja, totalnya kalau didiskon jadi sekitar dua puluh lima ribuan.”
Aku yang mikir duitnya masih 33 ribu dan di ATM masih ada 59 ribu akhirnya mengiyakan. Tetapi aku masih bertanya pendapat Eyha.
”Yha, kemeja dua puluh lima ribuan, beli ga yah buat kadonya Bang Dzul?”
”Ah yang bener Vi, udah beli aja, beli dua sekalian”
”Yaudah deh gue beli satu aja..”
Ari melipat baju dan mengemasnya ke dalam plastik dan aku dengan Eyha pergi ke kasir. Saat di kasir ternyata angka rupiah yang tertulis di mesin kasir adalah Rp59.000,00. Aku dan Eyha seperti ditampar air dalam volume yang besar, semua sudah terlanjur, kalau tidak jadi membeli adalah hal yang paling tidak mungkin.
”Tapi kata Mas-masnya diskon gitu.”
Aku mencoba memberanikan diri menunjuk Ari dengan gaya seolah-olah masih tidak mengenal dia.
Mbak kasir pun memanggil Ari.
”ARIIII...!”
Suara itu terdengar menggelegar, membuat perutku seperti berkontraksi.
Mbak kasir dan Ari membicarakan sesuatu dengan menunjuk ke arah daftar harga. Ternyata persoalan itu berbuntut panjang. Manajer toko itu menghampiri dan memang kemeja itu masih ada diskon yang belum dihitung. Setelah dihitung ternyata totalnya Rp37.900,00. Tetap saja uang yang aku punya tidak cukup tapi setelah mengacak-acak dompet dan kantong ternyata ada Rp39.000,00. Selamatlah aku dari tragedi kasir. Aku dan Eyha memutuskan pulang.
Setelah berpamitan dengan Ari kami menuju lobi belakang mall, saat aku memeriksa dompet, masih ada uang 5 ribu yang terselip di balik STNK motor.
”Yha masih ada duit 5 ribu nih, haus gue, lo beliin minum yah, gue ngambil duit dulu di ATM.”
Saat aku di depan ATM mengikuti prosedur mengambil uang, dan menunggu loading, hasilnya
MAAF SALDO TIDAK MENCUKUPI
Stress mendadak menyerang, aku berlari ke arah Eyha yang lagi duduk di tukang soto mie dengan wajah stress sepertinya karena Eyha melihatku penuh kestress-an.
”Eyha, duitnya ga bisa diambil, gimana nih kita? Belom bayar parkiran terus motor gue bensinnya abis. Kacau nih.”
”Terus gimana?”
”Lo ada pulsa ga? Gue mau telpon Ari dah.”
”Hape gue kan mati.”
”Yaudah tukeran simcard, pake hape gue aja.”
Kami sibuk, cemas, gelisah, bingung, lengkap sudah rasanya. Selesai tukeran simcard hapeku ikutan mati.
”Yah, Eyha mati nih hape gue!!”
“Terus gimana dong?”
“Pinjem chargeran abang soto aja deh.”
Tanpa pikir panjang aku pinjam charger milik abangnya. Tapi chargernya tidak cocok. Akhirnya aku nekat minjem hape Abang soto.
”Abang, boleh pinjem hapenya ga buat nelpon? Please Bang penting banget, boleh yah?”
Abang sotonya hanya nyengar-nyengir, tapi untungnya dia adalah orang yang baik. Di situlah Abang soto adalah malaikat penyelamatku hari itu. Aku menghubungi Ari dan menyuruhnya membawa uang. Masalah pun terselesaikan.
Abang soto you’re my fairly. Thank you so much.

Sunday, May 23, 2010

Fendi [ Spektakuler Show 2 ] - Sudahi Perih Ini - Indonesian Idol 2010



Fendi, finalis Indonesian Idol 2010 dari Makasar ini sebelumnya tidak begitu menarik perhatianku. Tapi nyatanya pada saat spektakuler show-nya yang kedua Fendi mampu membuat otakku membekaskan ingatan tentang penampilannya. Saat itu dia menyanyikan lagu kepunyaan D'Masiv yang berjudul Sudahi Perih Ini. Sebelumnya lagu ini juga kurang begitu aku minati, meskipun sudah banyak temen-temen di kelas meminta aku untuk download lagu itu. Tapi setelah aku menyaksikan penampilannya dengan lagu tersebut semuanya berubah, aku "merinding", selain karena penampilan Fendi saat itu begitu memukau ternyata setelah didengarkan seksama lirik lagu tersebut ternyata memiliki makna yang sangat mendalam. Coba kita lihat dulu lirik lagunya.

Sudahi Perih Ini - D'Masiv

Apa yang harus
Ku lakukan lagi bila kau tak setia
Karena aku hanya seorang manusia
Yang tak kau anggap
[*]
Aku tlah coba untuk memahamimu
Tapi kau tak peduli
[**]
Cukup sudah
Kau sakiti aku lagi
Serpihan perih ini
Akan ku bawa mati
Aku mencoba
Memberikan segala yang telah aku punya
Namun semuanya hanya sia-sia
Percuma
Back to [*][**]
Back to [**]
Sampai kapan
Bisa membuatmu mengerti
Membuat aku bermakna
Di hatimu di matamu sayang

Menurut aku semua itu komplit. Fendi membawakan lagu yang memiliki makna yang begitu dalam pada liriknya dengan baik. Sejak itu aku Like Fendi Idol di situs jejaring sosial FACEBOOK. :)

Saturday, May 22, 2010

Bisu; Bungkam sampai tiada


Bisu; Bungkam sampai tiada

Kubilang waktu itu bisu
Ternyata bercerita banyak
Sendiri, berdua, sendiri, sampai tiada
Kubilang hatiku bungkam
Ternyata dia berontak
Sepi, cinta, pergi, dan tiada
Waktu tak bisu; hati tak bungkam
Tapi ucap yang kupaksa bisu
dan bungkam
Sekedar karena pandang; hingga
Sendiri kusepi
Berdua kucinta
Sendiri kupergi
Sampai tiada

Silvia Ratna Juwita
13 Mei 2010

Thursday, March 18, 2010

Mungkin Sudah Lelah

Mungkin Sudah Lelah
-Silvia Ratna Juwita-

Peluk itu masih terasa hangatnya
hingga kini,
meski tubuh itu tak di depanku lagi
menghalau angin yang menghujam kulitku

Sebentar kupejamkan mata penat
menunggu pagi, menunggu matahari
tapi sebelum itu,
kau telah sunyi sama seperti dulu
tanpa kecupan di dahiku

Berlari kususuri bekas tapakmu
berakhir pada gerbang dermaga
dan pantulan matahari biaskan bayangmu
yang sudah berkacak di atas perahu
mulai kibarkan layar

Aku kini tak ingin menahanmu lagi
kalau memang ingin berlayar
pergilah ikuti angin membawamu
pasti banyak kau temui ikan-ikan menari bersama karang
dan aku tak akan lagi menunggumu di dermaga
kini kau pergi aku pun pergi
menyemai langkah,
belajar hidup tanpa dirimu

Depok, 18 Maret 2010, 22.03

Thursday, February 25, 2010

Angin Kemarin

Angin Kemarin
Oleh : Silvia Ratna Juwita

Kemarin aku gigih menggenggam butiran pasir
Karena kau yang merayu
Walau serpihannya memedihkan mataku
Berkali matamu menyiratkan bertahan
Hatiku hanya menunduk patuh
Entah setan apa yang mencucukku
Tapi angin kemarin tak main-main
Menerpa pasir genggamanku
Yang mulai merenggang
Dia memasuki sela jariku
Mengibaskan semua
Dan tak mampu kupertahankan
Masih ada sebenarnya
Sisa butiran pasir itu
Tapi angin kemarin
Menyadarkanku akan sebuah kenyataan
Pasir itu bukan untukku
Siratan mata itu juga tak hanya untukku
Karena angin kemarin melepaskan
Cucukku untuk segenggam pasir


Depok, 23 Februari 2010, 00.59

Panggilan Liar

Panggilan Liar
Oleh : Silvia Ratna Juwita

Ketika dunia melunglai
Jiwa terperosok dalam goa surau
Memenjarakan diri, bisu, tuli
Tak ada yang didengar
Tak bisa mendengar

Saat jiwa menyerah
Liar, gemercik suara memanggil
Menelusup gendang telinga
Lebarkan pendengaran hati

Coba telusuri jejak suara
Menghadap pada sesosok paras
Yang terbang saat ingin dipeluk

Sayapku mengepak sendiri
Mengikuti garisan panggilan liarnya
Dan terhenti,
Saat tak ada pijakan, juga sayap meluput

Dia pergi...

Terjatuhlah jiwa,
Kembali menyusuri goa surau
Bersama angan, suara yang tersimpan


(Didedikasikan utuk seseorang yang datang sesaat dan pergi untuk selamanya)

Depok, 16 Februari 2010, 12.47 AM

Menunggu

Menunggu
Oleh : Silvia Ratna Juwita

Menyuduti aku dalam relung ketidakpastian
Kanda, hatiku terlalu lama merongrong kasihmu
Berat jiwa mendekap akan tangis pilu
Tak juga membuatmu peduli padaku
Berang rasa, kusutkan benang pikiranku
Aku ingin kau ucap ijab itu
Depan seribu pasang telinga
Siap melebar untuk kepastian akan aku
Juga penentuan cerita hidupku
Akankah kau terbangkan aku tuju istanamu
Atau kau biarkanku terjerembab kosong
Dalam keramaian pergunjingan jiwa yang sepi


Depok, 11 Februari 2010

Demi Cinta

Demi Cinta
Oleh : Silvia Ratna Juwita

Derapan gontai langkah membawa kata
Telusuri sekat kabut angin menyarang
Air mataku memanjat kelopaknya
Dan dadaku mengempis tahan rasa ingin ucap
Tapi kututupi dengan senyum pedih
Namun bisik nafsu melemahkan hatiku
Cinta ini tak mampu kupendam lagi
Mungkin ini saatnya
Di kala angka berantai 1 dan 4
Bergandeng bulan cinta, berinisial F
Ingin kusampaikan padamu
Demi cinta,
Aku ingin bersanding mendekapmu
Demi cinta,
Aku ingin mencumbui desah nafasmu
Milikimu, bukan untuk hari ini
Tapi sampai detak jantungmu berhenti di pangkuanku

(Untukmu seorang kasih dalam mimpi dan nyataku)

Depok, 11 Februari 2010

Menurutmu?

Menurutmu?
Oleh : Silvia Ratna Juwita

Menyelinap di balik derai tangis angin malam
ku jelajahi belukar aura matamu
Menyerapi setiap sekat pandanganmu
Dan aku merimba tubuhku sendiri
Sedikit kucuri bicaramu dalam ingatanku
Santun, tapi merobek kehidupanku
Lalu kubawa bekas luka
Pada penjahit nyawa
Bukan benang dan jarum dia benahi
Tapi alat ucapnya merambat ke telingaku
Berbisik lebih lemah dari pada angin
Katanya,
Rangkaikan gigi di balik daging tipis yang tak pernah dikecup
Yang tak ubah jadi topeng kebalikan mimpi
Menurutmu?

Depok, 4 Februari 2010 , 1.06 AM

Untuk Mama


Untuk Mama
Oleh : Silvia Ratna Juwita

Mama,
Tak tahu lagi apa yang ingin ku tulis untukmu hari ini
Maaf jika aku tak seperti mereka
Yang pandai merangkaikan kata terindahnya untuk kau dengar dan kau baca
Aku juga tak bisa memberimu permata
Seperti si artis yang kau lihat di TV

Mama,
Saat kau lihat apa yang mereka beri untuk mamanya
Sebenarnya aku ingin memberinya untukmu
Tapi aku sadar
Tak mungkin hari ini aku paksakan

Mama,
Hari ini aku hanya bisa suguhkan teh bunga krisan untukmu
Itu pun semua sudah ada di dapur
Tapi, proses pembuatannya
Ku lafaskan doa terbaik yang mampu ku berikan untukmu

Tuhan,
Terimakasih Kau lahirkan aku melalui rahim perkasanya
Kau timang aku dalam hangat peluknya

Tuhan,
Beri aku waktu
Menyempurnakan mimpi-mimpinya yang tertinggal

(Untuk mama Erna Sutantiningsih)

Depok, 22 Desember 2009

Rasa

Rasa
Oleh : Silvia Ratna Juwita

Jangan kau Tanya Padaku
Karena aku pun tak punya jawabnya
Rasa itu telah lama kau biarkan
Mungkin kini sudah terbang bersama angin malam
Atau rusak dipatuki burung burung jalang
Coba saja kau tanya pada mata mata di langit sana
Mungkin mereka punya cerita perjalanan rasa itu

Tapi pernah ku dengar kabar
Si pemilik rasa kini dalam lingkaran takut luar biasa
Entah apa yang dia takuti
Dan yang ku tahu dia tak mau sakit di luka yang sama
Karena luka itu masih terlalu perih untuk diobati

Coba saja kau berlari tanpa bayang yang sama
Mungkin rasa itu masih tersimpan rapih di sela hatinya
Yang selama ini ku lihat membuatnya sesak menghirup kehidupan

Depok, 25 November 2009

Cukup

Cukup
Oleh : Silvia Ratna Juwita

Di saat mata ku rasa cukup melihat
Kau merasa tersingkirkan dari pandangan ini
Di saat telinga ku rasa cukup mendengar
Kau berteriak aku menutup setengah tuli suaramu
Di saat bibir ku rasa cukup berucap
Kau simpan sakit dalam hatimu karena tak ku ucap dirimu
Di saat hati ku rasa cukup merasa
Kau ternyata tak pernah merasa aku merasakanmu
Di saat kedua tangan ku rasa cukup menyentuhmu
Kau tak pernah merasa tanganku menyentuhmu
Di saat kedua kaki ku rasa cukup melangkah ke hadapmu
Kau selalu bilang langkahku tak tertuju padamu

Semua telah ku rasa cukup
Mengapa selalu kau kata kurang?
Aku tak merasa kurang
Cukupku bukan cukupmu
Biar kau anggap aku egois
Tapi ini kecukupanku!
Dan ku tanya di mana batas kecukupanmu?

Depok, 22 Oktober 2009