Saturday, July 10, 2010

ABANG SOTO, I LOVE YOU


ABANG SOTO, I LOVE YOU

Liburan semester ganjilku cukup panjang. Aku dan teman-temanku semua sudah punya rencana apa yang akan kami lakukan di waktu liburan nanti.
”Ntar liburan lo ngapain? Gue palingan ngisi liburan dua bulan nanti kerja lagi jagain baju di DM.”
Ucap Ari yang biasa dipanggil Gery yang diambil dari nama Gery Iskak,, filosofinya waktu itu sedang booming-nya gosip tentang Gery Iskak yang menggugat cerai istrinya dan Ari terkenal dengan cowok yang punya banyak korban wanita, di kelas saja sudah ada tiga, termasuk aku, hahaha.. tapi sampai sekarang kami masih bisa bersahabat baik, tidak dengan kedua cewek teman sekelas kami. Ari biasanya suka mengisi liburannya dengan bekerja sebagai SPB (Salles Promotion Boy) di salah satu mall dekat rumahnya di daerah Cengkareng.
”Lo mah enak masih ada kegiatan, gue palingan bengong di rumah. Pengen liburan ke luar kota deh rasanya.. huuumph...”
”haaah palingan ntar lo sering jalan-jalan Ju...” sahut Ari.
Juju, begitu Ari biasa memanggilku.
***
            Waktu liburan sudah beranjak ke minggu kedua bulan terakhir liburan. Bunyi sms hapeku bunyi, ternyata dari Eyha, teman sekelasku yang rumahnya tidak jauh dari rumahku. Isinya dia memintaku untuk mengajarinya mengendarai motor. Berhubung aku tidak ada acara, aku pun menyetujui. Dia datang ke rumahku sekitar jam sembilan pagi. Kami pun langsung pergi menuju komplek perumahan dekat rumahku, karena perumahan itu tidak ramai mobil, munkin hanya mobil yang terparkir saja.
            Motor pun beralih pengendaranya, aku dibonceng Eyha.
”Vi, takut Vi ah gue, takut jatoh nih..”
Itu yang sering Eyha ucapkan saat kedua tangannya sibuk menyeimbangkan stang motor.
”Tenang Yha, slow aja.”
Itu yang cuma bisa aku ucapkan.
            Ketika Eyha sudah mulai lancar mengendarai motor tiba-tiba melintas di depan kita kereta dorong bayi dari arah rumah sebelah kanan, kami kaget dan Eyha mendadak ngerem dan keseimbangan menghilang. Hasilnya..
GUBRAAAAK...
Kami terjatuh ke perkarangan salah satu rumah yang bersebrangan dengan rumah di mana kereta dorong bayi itu datang, untung bukan luka berat hanya sedikit membiru karena kebetulan kami jatuh di bagian taman yang ada beberapa pot besar di sana. Tapi saat itu pikiran kami hanya tertuju pada kereta dorong itu, apakah bayi yang ada di dalamnya baik-baik saja, ternyata saat kami mau ngecek, datang pembantu dari rumah itu.
”Maaf yah Mbak, ini kereta tadi dimainin sama anak majikan saya, dia lagi mainan.”
HAAAH!!
***
Motor aku ambil alih, kami mencari tempat yang lebih aman untuk latihan motor, tidak ada kereta dorong bayi kosong. Lalu kami pergi ke Cibubur, di depan GOR POPKI Cibubur ada lapangan yang cukup luas. Aku mendekati pohon yang ranting dan daunnya cukup lebat untuk duduk di bawahnya berteduh dari panasnya matahari yang mulai bangun. Eyha pun sibuk dengan motor, dia belajar mengitari lapangan itu. Kira-kira lima kali putaran, satpam panti jompo dekat lapangan itu mendekat ke arah Eyha. Eyha menghentikan kendaranya dan aku melihat mereka sedang berbicara. Selesai bicara Eyha menghampiriku.
”Vi ga boleh belajar motor di sini kata Bapak satpamnya!!”
”Loh ko gitu? Yaudah kita cari tempat lain aja.”
Motor kembali aku yang mengendalikan. Lagi perjalanan kami berdua bingung mau ke mana dan aku memutuskan mengajak Eyha ke mall di Cengkareng tempat Ari bekerja. Eyha pun menyetujui.
            Setibanya di sana jam setengah dua siang, kami berdua tidak langsung menuju toko baju tempat Ari kerja, tapi kami pergi ke restoran di mall itu. Setibanya di restoran Eyha bilang kalau dia tidak bawa dompet, dia hanya bawa uang Rp20.000,00 saja
”Tenang Yha, gue ada duit enam puluh ribu ko, pake duit gue dulu aja yah..”
Jawabku santai.
Di restoran itu kami menghabiskan Rp47.000,00, jadi uang yang tersisa di aku dan Eyha ada Rp33.000,00. Setelah itu kami pergi ke tempat tujuan utama, tempat kerjanya Ari. Setibanya di sana aku bertemu dengan Ari, aku dan Eyha berbicara layaknya pembeli dan SPB, Eyha meninggalkan kami berdua di pergi ke bagian sepatu.
            ”Lo pura-puranya beli apa ke gitu, kemeja deh ada yang murah nih. Lagi diskon tau!”
Ari membuka pembicaraan sambil melipat-lipat baju yang ada di box baju. Kami seperti main kucing-kucingan karena saat itu manajernya Ari sedang memperhatikan ke arah kami.
”Kemeja apaan? Boleh sih buat kadonya Bang Dzul, tapi duit gue tinggal tiga puluh tiga ribu.”
”Ada nih kemeja, totalnya kalau didiskon jadi sekitar dua puluh lima ribuan.”
Aku yang mikir duitnya masih 33 ribu dan di ATM masih ada 59 ribu akhirnya mengiyakan. Tetapi aku masih bertanya pendapat Eyha.
”Yha, kemeja dua puluh lima ribuan, beli ga yah buat kadonya Bang Dzul?”
”Ah yang bener Vi, udah beli aja, beli dua sekalian”
”Yaudah deh gue beli satu aja..”
Ari melipat baju dan mengemasnya ke dalam plastik dan aku dengan Eyha pergi ke kasir. Saat di kasir ternyata angka rupiah yang tertulis di mesin kasir adalah Rp59.000,00. Aku dan Eyha seperti ditampar air dalam volume yang besar, semua sudah terlanjur, kalau tidak jadi membeli adalah hal yang paling tidak mungkin.
”Tapi kata Mas-masnya diskon gitu.”
Aku mencoba memberanikan diri menunjuk Ari dengan gaya seolah-olah masih tidak mengenal dia.
Mbak kasir pun memanggil Ari.
”ARIIII...!”
Suara itu terdengar menggelegar, membuat perutku seperti berkontraksi.
Mbak kasir dan Ari membicarakan sesuatu dengan menunjuk ke arah daftar harga. Ternyata persoalan itu berbuntut panjang. Manajer toko itu menghampiri dan memang kemeja itu masih ada diskon yang belum dihitung. Setelah dihitung ternyata totalnya Rp37.900,00. Tetap saja uang yang aku punya tidak cukup tapi setelah mengacak-acak dompet dan kantong ternyata ada Rp39.000,00. Selamatlah aku dari tragedi kasir. Aku dan Eyha memutuskan pulang.
Setelah berpamitan dengan Ari kami menuju lobi belakang mall, saat aku memeriksa dompet, masih ada uang 5 ribu yang terselip di balik STNK motor.
”Yha masih ada duit 5 ribu nih, haus gue, lo beliin minum yah, gue ngambil duit dulu di ATM.”
Saat aku di depan ATM mengikuti prosedur mengambil uang, dan menunggu loading, hasilnya
MAAF SALDO TIDAK MENCUKUPI
Stress mendadak menyerang, aku berlari ke arah Eyha yang lagi duduk di tukang soto mie dengan wajah stress sepertinya karena Eyha melihatku penuh kestress-an.
”Eyha, duitnya ga bisa diambil, gimana nih kita? Belom bayar parkiran terus motor gue bensinnya abis. Kacau nih.”
”Terus gimana?”
”Lo ada pulsa ga? Gue mau telpon Ari dah.”
”Hape gue kan mati.”
”Yaudah tukeran simcard, pake hape gue aja.”
Kami sibuk, cemas, gelisah, bingung, lengkap sudah rasanya. Selesai tukeran simcard hapeku ikutan mati.
”Yah, Eyha mati nih hape gue!!”
“Terus gimana dong?”
“Pinjem chargeran abang soto aja deh.”
Tanpa pikir panjang aku pinjam charger milik abangnya. Tapi chargernya tidak cocok. Akhirnya aku nekat minjem hape Abang soto.
”Abang, boleh pinjem hapenya ga buat nelpon? Please Bang penting banget, boleh yah?”
Abang sotonya hanya nyengar-nyengir, tapi untungnya dia adalah orang yang baik. Di situlah Abang soto adalah malaikat penyelamatku hari itu. Aku menghubungi Ari dan menyuruhnya membawa uang. Masalah pun terselesaikan.
Abang soto you’re my fairly. Thank you so much.

No comments:

Post a Comment