Thursday, February 25, 2010

Angin Kemarin

Angin Kemarin
Oleh : Silvia Ratna Juwita

Kemarin aku gigih menggenggam butiran pasir
Karena kau yang merayu
Walau serpihannya memedihkan mataku
Berkali matamu menyiratkan bertahan
Hatiku hanya menunduk patuh
Entah setan apa yang mencucukku
Tapi angin kemarin tak main-main
Menerpa pasir genggamanku
Yang mulai merenggang
Dia memasuki sela jariku
Mengibaskan semua
Dan tak mampu kupertahankan
Masih ada sebenarnya
Sisa butiran pasir itu
Tapi angin kemarin
Menyadarkanku akan sebuah kenyataan
Pasir itu bukan untukku
Siratan mata itu juga tak hanya untukku
Karena angin kemarin melepaskan
Cucukku untuk segenggam pasir


Depok, 23 Februari 2010, 00.59

Panggilan Liar

Panggilan Liar
Oleh : Silvia Ratna Juwita

Ketika dunia melunglai
Jiwa terperosok dalam goa surau
Memenjarakan diri, bisu, tuli
Tak ada yang didengar
Tak bisa mendengar

Saat jiwa menyerah
Liar, gemercik suara memanggil
Menelusup gendang telinga
Lebarkan pendengaran hati

Coba telusuri jejak suara
Menghadap pada sesosok paras
Yang terbang saat ingin dipeluk

Sayapku mengepak sendiri
Mengikuti garisan panggilan liarnya
Dan terhenti,
Saat tak ada pijakan, juga sayap meluput

Dia pergi...

Terjatuhlah jiwa,
Kembali menyusuri goa surau
Bersama angan, suara yang tersimpan


(Didedikasikan utuk seseorang yang datang sesaat dan pergi untuk selamanya)

Depok, 16 Februari 2010, 12.47 AM

Menunggu

Menunggu
Oleh : Silvia Ratna Juwita

Menyuduti aku dalam relung ketidakpastian
Kanda, hatiku terlalu lama merongrong kasihmu
Berat jiwa mendekap akan tangis pilu
Tak juga membuatmu peduli padaku
Berang rasa, kusutkan benang pikiranku
Aku ingin kau ucap ijab itu
Depan seribu pasang telinga
Siap melebar untuk kepastian akan aku
Juga penentuan cerita hidupku
Akankah kau terbangkan aku tuju istanamu
Atau kau biarkanku terjerembab kosong
Dalam keramaian pergunjingan jiwa yang sepi


Depok, 11 Februari 2010

Demi Cinta

Demi Cinta
Oleh : Silvia Ratna Juwita

Derapan gontai langkah membawa kata
Telusuri sekat kabut angin menyarang
Air mataku memanjat kelopaknya
Dan dadaku mengempis tahan rasa ingin ucap
Tapi kututupi dengan senyum pedih
Namun bisik nafsu melemahkan hatiku
Cinta ini tak mampu kupendam lagi
Mungkin ini saatnya
Di kala angka berantai 1 dan 4
Bergandeng bulan cinta, berinisial F
Ingin kusampaikan padamu
Demi cinta,
Aku ingin bersanding mendekapmu
Demi cinta,
Aku ingin mencumbui desah nafasmu
Milikimu, bukan untuk hari ini
Tapi sampai detak jantungmu berhenti di pangkuanku

(Untukmu seorang kasih dalam mimpi dan nyataku)

Depok, 11 Februari 2010

Menurutmu?

Menurutmu?
Oleh : Silvia Ratna Juwita

Menyelinap di balik derai tangis angin malam
ku jelajahi belukar aura matamu
Menyerapi setiap sekat pandanganmu
Dan aku merimba tubuhku sendiri
Sedikit kucuri bicaramu dalam ingatanku
Santun, tapi merobek kehidupanku
Lalu kubawa bekas luka
Pada penjahit nyawa
Bukan benang dan jarum dia benahi
Tapi alat ucapnya merambat ke telingaku
Berbisik lebih lemah dari pada angin
Katanya,
Rangkaikan gigi di balik daging tipis yang tak pernah dikecup
Yang tak ubah jadi topeng kebalikan mimpi
Menurutmu?

Depok, 4 Februari 2010 , 1.06 AM

Untuk Mama


Untuk Mama
Oleh : Silvia Ratna Juwita

Mama,
Tak tahu lagi apa yang ingin ku tulis untukmu hari ini
Maaf jika aku tak seperti mereka
Yang pandai merangkaikan kata terindahnya untuk kau dengar dan kau baca
Aku juga tak bisa memberimu permata
Seperti si artis yang kau lihat di TV

Mama,
Saat kau lihat apa yang mereka beri untuk mamanya
Sebenarnya aku ingin memberinya untukmu
Tapi aku sadar
Tak mungkin hari ini aku paksakan

Mama,
Hari ini aku hanya bisa suguhkan teh bunga krisan untukmu
Itu pun semua sudah ada di dapur
Tapi, proses pembuatannya
Ku lafaskan doa terbaik yang mampu ku berikan untukmu

Tuhan,
Terimakasih Kau lahirkan aku melalui rahim perkasanya
Kau timang aku dalam hangat peluknya

Tuhan,
Beri aku waktu
Menyempurnakan mimpi-mimpinya yang tertinggal

(Untuk mama Erna Sutantiningsih)

Depok, 22 Desember 2009

Rasa

Rasa
Oleh : Silvia Ratna Juwita

Jangan kau Tanya Padaku
Karena aku pun tak punya jawabnya
Rasa itu telah lama kau biarkan
Mungkin kini sudah terbang bersama angin malam
Atau rusak dipatuki burung burung jalang
Coba saja kau tanya pada mata mata di langit sana
Mungkin mereka punya cerita perjalanan rasa itu

Tapi pernah ku dengar kabar
Si pemilik rasa kini dalam lingkaran takut luar biasa
Entah apa yang dia takuti
Dan yang ku tahu dia tak mau sakit di luka yang sama
Karena luka itu masih terlalu perih untuk diobati

Coba saja kau berlari tanpa bayang yang sama
Mungkin rasa itu masih tersimpan rapih di sela hatinya
Yang selama ini ku lihat membuatnya sesak menghirup kehidupan

Depok, 25 November 2009

Cukup

Cukup
Oleh : Silvia Ratna Juwita

Di saat mata ku rasa cukup melihat
Kau merasa tersingkirkan dari pandangan ini
Di saat telinga ku rasa cukup mendengar
Kau berteriak aku menutup setengah tuli suaramu
Di saat bibir ku rasa cukup berucap
Kau simpan sakit dalam hatimu karena tak ku ucap dirimu
Di saat hati ku rasa cukup merasa
Kau ternyata tak pernah merasa aku merasakanmu
Di saat kedua tangan ku rasa cukup menyentuhmu
Kau tak pernah merasa tanganku menyentuhmu
Di saat kedua kaki ku rasa cukup melangkah ke hadapmu
Kau selalu bilang langkahku tak tertuju padamu

Semua telah ku rasa cukup
Mengapa selalu kau kata kurang?
Aku tak merasa kurang
Cukupku bukan cukupmu
Biar kau anggap aku egois
Tapi ini kecukupanku!
Dan ku tanya di mana batas kecukupanmu?

Depok, 22 Oktober 2009

Takdir Senja

Takdir Senja
Oleh : Silvia Ratna Juwita

Burung burung terbang, kembali ke penginapannya
Hiasi langit petang berkabut, senja
Bersama gerimis hujan tepis debu mengotori
Dan matahari oranye menyorot wajah wajah lelah

Waktunya ku telusuri bekas tapak saat udara masih mengembun
Lepaskan cerita di akhir yang mengawali perjalanan
Sekali lagi yg hidup dan mati menemani
Mendengar aunganku dalam nada yg sama

Ku tahu mereka bosan, tapi ini senja
Tergaris waktu mereka harus ku jajah
Dan ku katakan ini bukan kolonialisme
Hanyalah pelampiasan penat selama ku dijajah pagi

Depok, 3 Oktober 2009

Tak Mengerti

Tak Mengerti
Oleh : Silvia Ratna Juwita

Ku tinggalkan setiap penat di sepanjang jalan yg kususuri
Tak cukup berarti derasnya air hujan membanjiri
Begitupun matahari bersedia mengeringi
Ataukah pelangi yg acuh tuk mewarnai

Mendiami satu khayal terbang tinggi
Menembus langit masuki pintu surgawi
Tega denting jatuhkan aku bukan di atas jerami
Dan ternyata hanya mimpi
Tapi perih nyata ku tangisi
Juga tak bisa ku sesali

Kegok, lalu ku bertanya pada jalak dan merpati
Kemana tempat harus ku lalui
Jawaban tak pasti harus kujalani
Walau tak tahu apa semua ini terakhiri

Depok, 19 September 2009

Ceritaku

Ceritaku
Oleh : Silvia Ratna Juwita

Ganjil pada dua angka kembar '11'
Dilengkapi keterangan waktu bulan yang bernama september
Dua raga bernyawa saling menyapa
Mengawali kata dengan senyuman
Bertukar , berbagi dan saling memberi
Terhanyut dalam kata bertuliskan CINTA
Terhempas dengan tangis bersama KECEWA
Tapi tak ada kata sesal untuk menyatu

Berganti dalam hubungan bergelar SAHABAT
Mereka bernyanyi menyamakan suara hati
Berharap pada Sang Kuasa, menjadi udara beri kehidupan untuk yang hidup

Depok, 13 Agustus 2009

Rindu 6 Hari Lunas dengan 7 Jam Bersamamu

Rindu 6 Hari Lunas dengan 7 Jam Bersamamu
Oleh : Silvia Ratna Juwita

518400 detik / minggu ku tabungi setiap kerinduan
Ditambah 10 jam yang sama dengan 36000 detik
Menahan setiap kebimbangan dari ketidakpastian
Tapi semua itu kau bayar lunas dengan setiap 7 jam pertemuan / minggu
Yang sama dengan 25200 detik dalam hitungan waktu
Dan tak lebih dari 1 / 21 tabungan rinduku
Setiap minggu kau bonusi aku dengan 3 menit suaramu
Yang menghapus segala detik kebimbangan
Setiap menatap matamu, detik terus berlari
Setiap mendengar suaramu, menit terbang mengejar detik
Setiap rindu terobati, jam menghampiri perpisahan
Dan tinggal ku sendiri kembali meniti detik yang sama tanpa akhir yang sama
 
Depok, 21 Juli 2009

Di Mana Kau Saat Ini?

Di Mana Kau Saat Ini?
Oleh : Ariyadih & Silvia Ratna Juwita

Langkah-langkah pelan, lupa menyiapkan jala
Bintang-bintang cemerlang, bagai ikan menunggu jaringnya
Malam yang lusuh, suaramu nyaring di sana
Sebelum aku tiba, semoga masih terjaga

Aku masih terjaga, tapi kokok ayam menyambut pagi
Tak sesosok bayangmu hadir dalam lelah mata menanti
Di mana kau saat ini?
Burung hentikan nyanyian alam,mengiringi datangnya siang
Tapi tak jua baumu hinggap di hidungku
Aku pun terjaga hingga malam menjemput
Dan kau tak jua datang
Di mana kau saat ini?

Cengkareng & Depok, 2 Agustus 2009

Untuk Sang Malam

Untuk Sang Malam
Oleh : Silvia Ratna Juwita

Aku berkurung dalam hangatnya kasih sang mentari
Tetap hati ini menggerogoti tanya dalam pilu ku
Yang merindukan dinginnya tangan sang malam
Biasa membelai lembut bintang yang tersenyum terang
Tapi tak sehempas pun damparan angin menyentuh kulitku

Ingin ku mengadu di balik dingin yang kau singkap
Saat mentari panasi aku dengan laharnya
Kau tak pernah ada usap linangan kerinduan basahi pipiku
Sudah delapan belas tahun silam aku hidup
Hanya dua hari tak sampai kau datang
Dan nyata tak kau kecup peluk hatiku yang meradang
Bahkan menengok ku pun kau enggan
Lalu kau pergi bersama pagi yang menggambarkan embun tangisku

Depok, 2 Agustus 2009

(Puisi ini ku buat untuk seorang yang seharusnya ada di sampingku.. Aku sangat ingin kau ada..)

Mimpi

Mimpi
Oleh : Silvia Ratna Juwita

Mimpi buruk itu datang lagi
Disaat aku mulai merasakan hangat kasihmu kembali
Bayangannya saat memelukmu terbenak lagi
Kau lakukan hal yang sama berulang kali
Kau genggam aku dia aku dia
Sampai tiba saatnya waktu memberi isyarat
Dia harus dan ingin pergi
Tapi tak pasti
Sebab mungkin saja dia kembali
Jujur aku ingin dia pergi
Setelah berulang kali menghujam rasa ini
Aku citakan dia pergi
Dan kukubur mimpi buruk
Hingga hanya ada mimpi dimana kita berkasih tak berpengusik
 
Depok, 23 Juli 2009