Monday, February 21, 2011

Simfoni Hitam dan Dirinya




Simfoni Hitam by Sherina

Malam sunyi kuimpikanmu, kulukiskan kita bersama
Namun slalu aku bertanya, adakah aku di mimpimu
Di hatiku terukir namamu, cinta rindu beradu satu
Namun slalu aku bertanya, adakah aku di hatimu
***
Tlah kunyanyikan alunan-alunan senduku
Tlah kubisikkan cerita-cerita gelapku
Tlah kuabaikan mimpi-mimpi dan ambisiku
Tapi mengapa ku takkan bisa sentuh hatimu
***
Bila saja kau di sisiku, kan ku beri kau segalanya
Namun tak henti aku bertanya, adakah aku di rindumu
***
Tak bisakah kau sedikit saja dengar aku
Dengar simfoniku
Simfoni hanya untukmu….

      Pertama kali dengar lagu itu waktu aku lagi nonton FTV --lupa judulnya--. Awalnya aku pikir lagu itu 'seram' karena bunyi 'tuts' pianonya terasa horor di telingaku. Tapi karena begitu sering diulang lagunya, sepintas kudengar lagu ini sepertinya sedih. Langsung saja aku nge-search lagu dan liriknya.
GLEEEEEK....!!!!
     Lagu ini menggambarkan apa yang sedang aku rasakan saat ini, semua yang selama ini menyesakkan hatiku, membuat mataku tak ingin terlelap cepat, selalu menunggu larut menghantarkan jiwaku ke alam mimpi.
     Biasanya rasa yang selama ini kumiliki selalu kuutarakan dalam bentuk puisi, sengaja kumainkan jemari, menekan tombol-tombol keyboard huruf yang berbaris menjadi kata, setidaknya mampu membuatku melepaskan dan melampiaskan rasa. Jujur aku ini termasuk orang yang tidak bisa menjaga, menutup rapat-rapat perasaan, bisa-bisa makhluk Adam itu --jika peka-- mengerti jelas apa yang kurasa terhadapnya.
     Kembali ke lagu Simfoni Hitam. Ingin sekali kuperdengarkan lagu ini pada dirinya, ingin sekali rasanya dia mendengar sedikit saja apa yang aku rasakan selama ini. Memang belum lama, tapi rasanya hatiku sudah terlanjur dalam mengukir indah namanya.Pernah sekali kutuliskan sebuah puisi untuknya berjudul Entah, mungkin dia menjadi salah satu pembacanya tapi dia tak pernah tahu tahu kalau puisi itu untuk dirinya. Untuk dia yang membuatku belakangan ini menjadi seseorang yang selalu galau. ckckck...
      Hahaha, bahasanya galau. Tapi memang benar begitu kenyataannya.
      Simfoni Hitam memang hanya sekedar lagu sederhana, tapi kesederhanaannya itu yang secara megah menyuratkan isi hatiku. Benar selama ini diam-diam aku mengagumi dirimu, yang begitu cepatnya mencuri hatiku yang masih ragu memiliki rasa untuk siapa. Tapi pertemuan itu menggoda hatiku yang masih ingin berkelana, saat ini tertambat pada dirimu, entah untuk sementara atau selamanya.
      Sebenarnya aku tak pernah membayangkan kalau kamu adalah sosok laki-laki yang akan pernah menempati bangku kosong dalam hatiku. Aku sendiri tak pernah percaya akan rasa ini, tapi aku salah telah membiarkan hati ini bermain-main.
      Hingga setiap malamnya aku hanya bisa mencoba hadirkan bayangmu dalam mimpiku, hanya bisa kulihat gambar dirimu, semua hanya bisa kulakukan diam-diam tanpa sepengetahuanmu.
      Tapi tak kupungkiri, aku juga selalu bertanya apa kamu juga akan melakukan apa yang kulakukan, setidaknya apakah aku pernah kau pikirkan walaupun itu hanya sejenak, secepat detik berganti? Tanpa kamu jawab seharusnya sudah aku mengerti, tak pernah sedikit pun aku terlintas dalam benakmu.
HUAHAHAHA... NGENES AMAT!!
      Mungkin aku yang salah telah membiarkan rasa terlarang ini terus menancapkan akarnya, mengikat, menjerat, dan selalu menyesakkan. Rasanya kalau rasa dalam hati ini berbentuk lembaran dalam buku ingin sekali kucarik lembarannya, kurobek, kuremas, kubakar, dan kuguyur dengan air sisa abu yang ada, hingga tak ada lagi abu kenangan yang tersisa. Dan buku tetap menjadi buku, mungkin hanya lembarannya saja yang berkurang tapi semua tetap rapih, tak ada lembaran kisah yang masih harus terpaksa disimpan dan perih jika membuka dan membacanya lagi. Sayang itu hanya khayalan. Karena pada kenyataannya hatiku bukan lembaran, bukan sebuah buku.
     Aku menyadari bahwa kamu yang kuimpikan tak pernah mengerti apa yang kurasa, meski selalu kutitipkan rindu ini dalam setiap doa dan sujudku --aku memang bukan manusia yang pandai dalam berdoa, sebaik manusia yang lebih baik dariku-- terlihat 'ramah' terhadap seorang wanita yang cukup ku tahu dia cantik wajah dan peringainya. Sadar aku, lelaki mana yang tak cinta akan dirinya. Aku pun sebagai wanita mengaguminya, aku banyak belajar darinya, bukan untuk menjadi dirinya tapi aku belajar menjadi wanita yang lebih baik setidaknya seperti dirinya. Karena aku pernah dengar, lihat, dan tahu kalau laki-laki yang baik akan mendapatkan wanita yang baik pula, begitupun sebaliknya.
      Seharusnya aku menyadari kalau mawar ini berduri jika kubiarkan tumbuh di hati, tapi itu pilihanku. Kuambil resiko mencintaimu, memilihmu menjadi seseorang yang kudamba membimbingku untuk melangkah di jalan-Nya. Dan duri kini menancap tajam, merobek, memang tak berdarah, hanya membekaskan luka. Tapi aku bersyukur Allah mengizinkan aku merasakan luka ini, merasakan perih ini. Karena dengan itu, sekarang aku mengerti tentang rasa yang sama sekali tak pernah terjamah, tak pernah terlihat karena sebuah pilihan, aku memilih memendam rasa ini tak ingin lagi kamu yang kucinta tahu apa yang ada di hatiku, seperti mereka yang lalu. Aku tak pernah menyalahkanmu akan luka ini, karena kamu memang laki-laki yang baik, hanya aku yang mungkin telah salah mengartikannya.
WEHEHEHEUUU.. MELANKOLIS NIH AH!!
       Tapi aku yakin semua ini adalah takdir dari-Nya. Kujadikan semua ini pembelajaranku mengenal sebuah kehidupan di mana Dia bisa menjadikan hati hamba-Nya mencintai kapanpun, pada siapapun.
     Mengenalmu, banyak memberikan perubahan dalam hidupku, terutama dalam kriteria lelaki yang nantinya menjadi pendamping hidupku. Aku sekarang menanti laki-laki lulusan SMP (Soleh, Mapan, Pintar) untuk menjadi jodohku, pembimbingku kelak, suatu saat nanti. Mungkin saja itu kamu yang kudamba *masih saja berharap*. Kalaupun itu bukan kamu, aku yakin dan percaya siapa pun dia, dia adalah pilihan Allah yang terbaik untukku.
    Karena aku mencintaimu bukan hanya bertujuan untuk memilikimu, aku mencintaimu untuk melihatmu bahagia, bersamaku, bersamanya, ataupun yang lainnya dengan ridho Allah SWT.
AMIIIIIIN....!!! (^_^)

Depok, 21 Februari 2011. 11:05 PM

6 comments:

  1. whwhhhhehhehehe.......

    baguusss!!! ada sisipan puisinya gw suka.
    hoho

    ReplyDelete
  2. iya ka mega, insya allah.. Thanks ka..

    ReplyDelete
  3. Aku harus mengatakan lagi, kalau kita senasib Silvi... :"(
    Aku enggak bisa ngomong banyak, karena aku juga sedang bingung. Aku harus meneruskan mengejar dia atau berhenti sampai disini.
    Tapi menurut aku, kalau kamu ngerasa DIA LAH THE RIGHT ONE dan kamu udah dapet balasan2 positif. Kejar aja terus! Enggak ada yang enggak mungkin.
    Kita berjuang sama2 ya!
    Kamu sama cowok itu, aku sama cowok yang aku taksir dari 1 tahun 4 bulan yang lalu :)

    ReplyDelete
  4. Iya Vania..
    tapi sekarang, semenjak aku nulis ini semua rasanya aku plong banget. Sepertinya sudah mulai membiarkan hati menjadi lega ^_^
    bismillaahirrahmaanirrahiim... insya allah bisa :D

    ReplyDelete